Focus Group Discussion (FGD) INSIERA Edisi Januari 2025: Masa Depan Gaza Pasca Gencatan Senjata”

Pada Rabu, 22 Januari 2025, INSIERA (The Indonesian Islamic Studies and International Relations Association) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan topik “Masa Depan Gaza Pasca Gencatan Senjata”. Acara ini berlangsung secara daring melalui platform Zoom dari pukul 20.00 hingga 21.30 WIB. Diskusi ini menghadirkan Pizaro Gozali Idrus, peneliti di Asia Middle East Center for Research and Dialogue sekaligus Direktur Baitul Maqdis Institute, sebagai pemantik diskusi.

Pizaro Gozali Idrus memulai presentasinya dengan menjelaskan kondisi terkini di Gaza setelah gencatan senjata. Ia menyoroti bahwa meskipun gencatan senjata memberikan harapan, tantangan kemanusiaan tetap sangat besar. Pizaro menjelaskan bahwa banyak warga Gaza yang masih hidup dalam kondisi yang sangat sulit, dengan akses terbatas ke layanan dasar seperti air bersih, makanan, dan perawatan kesehatan. Ia menekankan bahwa infrastruktur yang hancur akibat konflik sebelumnya memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan untuk direkonstruksi. Pizaro juga mengungkapkan bahwa banyak keluarga yang kehilangan anggota, dan trauma psikologis yang dialami oleh anak-anak dan orang dewasa di Gaza sangat mendalam, yang dapat mempengaruhi generasi mendatang.

Dalam diskusi mengenai pendekatan politik dan militer, Pizaro menekankan pentingnya jihad sebagai salah satu bentuk perlawanan yang sah dalam konteks konflik ini. Ia menjelaskan bahwa jihad bukan hanya berarti perang bersenjata, tetapi juga mencakup upaya untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina melalui berbagai cara, termasuk diplomasi dan advokasi. Ia juga menekankan bahwa perlawanan bersenjata harus didukung oleh kesadaran politik yang kuat di kalangan masyarakat Palestina dan dukungan dari negara-negara Muslim.

Pizaro juga membahas pentingnya embargo sebagai alat untuk menekan Israel agar menghentikan kebijakan yang merugikan rakyat Palestina. Ia mengusulkan agar negara-negara Muslim bersatu dalam menghentikan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Israel sebagai bentuk protes terhadap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan. Menurutnya, langkah ini tidak hanya akan memberikan tekanan ekonomi kepada Israel, tetapi juga menunjukkan solidaritas yang kuat dari komunitas internasional terhadap perjuangan Palestina. Pizaro menekankan bahwa tanpa adanya tekanan yang signifikan, Israel akan terus melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap Palestina.

Diskusi berlanjut dengan analisis dampak gencatan senjata terhadap masyarakat Gaza, termasuk aspek kemanusiaan, ekonomi, dan psikologis. Pizaro menekankan pentingnya dukungan dari negara-negara Muslim dan komunitas internasional dalam membantu rekonstruksi Gaza. Ia mengajak peserta untuk berpikir tentang masa depan Gaza dan bagaimana masyarakat internasional dapat berkontribusi dalam menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.

Setelah presentasi, sesi tanya jawab dibuka, di mana banyak peserta yang aktif mengajukan pertanyaan. Beberapa peserta menanyakan langkah konkret yang bisa diambil oleh masyarakat sipil di Indonesia untuk mendukung Palestina dan peran media dalam membentuk opini publik mengenai isu tersebut.

Acara ditutup dengan penekanan bahwa meskipun gencatan senjata adalah langkah positif, tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Gaza masih sangat besar. Peserta diingatkan untuk terus mengikuti perkembangan situasi di Gaza dan berkontribusi dalam upaya mendukung pembebasan Gaza. FGD ini berhasil menciptakan ruang diskusi yang konstruktif mengenai masa depan Gaza pasca gencatan senjata, dengan harapan dapat memberikan wawasan dan mendorong tindakan nyata dari masyarakat dan pemerintah dalam mendukung Palestina. Diskusi ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi lebih banyak inisiatif dan kolaborasi dalam mendukung masyarakat Gaza dan memperjuangkan keadilan bagi Palestina.

Leave a Reply